Jakarta - Pengguna internet di Indonesia pada akhir tahun 2007 tercatat mencapai 25 juta orang. Jika harga bandwidth turun, diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah pengguna internet 40 persen. Dibanding tahun lalu,pertumbuhan pengguna internet di Indonesia naik 25 persen, dari sebelumnya 20 juta di akhir 2006.
Kepada detikINET, Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Sylvia Sumarlin memaparkan, harga bandwidth dulunya mencapai USD 2.200 sampai 2.500 USD per Mbps. Harga tersebut adalah harga beli bandwidth Internet Service Provider (ISP). Sekarang, di tahun 2008, ada kecenderungan harga bandwidth turun menjadi USD 1.800 untuk yang internasional dan yang memakai fiber optik. Tapi untuk yang pakai satelit, diperkirakan harganya USD 1.300 - 1.500 per Mbps.
Menurut Sylvia, penurunan harga bandwidth juga akan berdampak pada kapasitas penggunaan internet. Dengan adanya penurunan bandwidth, diharapkan kapasitas penggunaan internet akan naik minimal satu kali lipat.
“Kalau harga bandwidth turun, dampaknya tidak hanya bisa dilihat pada jumlah pengguna saja, tapi juga kapasitas penggunaannya. Dengan turunnya harga bandwidth, user yang dulu rata-rata hanya mengakses internet 1 sampai 2 jam misalnya, akan semakin lama mengaksesnya. Mereka akan lebih lama memanfaatkan bandwidth,” jelasnya lagi.
Menyinggung soal trafik, Sylvia mengatakan lalu lintas Internet di Indonesia pada akhir 2007 lalu mencapai 5 gigabit per second (Gbps) untuk yang konsumsi bandwidth internasional, sementara untuk yang wireless mencapai 25 persen. Namun untuk trafik nasional, dalam satu tahun trafiknya bisa mencapai 80 Gbps.
Dengan adanya konten dalam negeri seperti blog, diharapkan dapat menghemat konsumsi bandwith luar negeri. “Kita cenderung mengakses ke konten luar sehingga jadi boros. Dengan adanya konten di dalam negeri, kita jadi lebih berkembang, bandwith lebih efisien,” tukasnya.
Penggunaan Bandwidth Internasional
Hampir 25 persen pengeluaran ISP digunakan untuk biaya bandwidth internasional. Bahkan untuk penarikan akses ke pengguna akhir saja (last mile) bisa mencapai 30 persen dari pengeluaran.
Sylvia menilai akses ke pengguna akhir perlu dibenahi karena infrastrukturnya tidak merata. Salah satunya dengan adanya penyelenggaraan tender akses frekuensi pita lebar nirkabel (Broadband Wireless Access), untuk menghadirkan internet hingga ke daerah-daerah yang tak terjangkau. “Daripada menggali kabel kan mahal sekali,” tandasnya.
Sumber: Detikinet, Senin 28/01/2008
0 komentar:
Posting Komentar